Thursday, July 6, 2017

Cincin Druzy Wire, Best Seller Kota Metropolitan

Beberapa contoh cincin wire produksi Dian Art.
Sumber : Koleksi Dian Art
Sejak tahun 2009 kami memilih pameran atau bazar sebagai sarana pemasaran produk. Salah satu tujuannya agar dapat berkomunikasi secara langsung terhadap buyer atau pengunjung. Hal ini masih berlangsung hingga sekarang, bagaimanapun juga cara ini masih tergolong efektif untuk menjaring para reseller baru. Kebanyakan produk memang tidak bisa dibuat secara massal dengan bentuk yang sama persis karena faktor material maupun kreasi. Barang handmade, sekalipun dibuat dengan cara yang sama selalu ada detail yang berbeda pada bagian tertentu. Apalagi jika tangan yang membuat adalah tangan yang berbeda, maka akan memunculkan hasil kreasi yang berbeda pula. 

Cincin druzy wire memiliki keunikan tersendiri ketika dipasarkan di kota besar seperti Jakarta. Bentuknya yang seringkali dianggap orang sebagai "Batu Pecah" yang berkilauan seringkali menarik minat pengunjung maupun buyer. Warna-warna yang menarik seperti merah, kuning, hijau, biru, hitam, ungu, bahkan ada yang pelangi (rainbow) memiliki daya tersendiri. Jika ada yang bertanya, "Batu-batuan kan sekarang sudah nggak laku, nggak musim, kenapa masih jualan batu?" Sesungguhnya yang kami pasarkan bukan jenis batunya, melainkan pada kreasinya. Oleh sebab itu, harga jual masih sama meskipun saat booming batu-batuan, harga bahan sempat melambung dan stoknya menurun di pasaran. Pertanyaan yang sering muncul antara lain, "Batunya kan rusak/pecah, kok dijual??" Kami pun menjawab begini, "Batunya tidak pecah atau rusak, tapi memang kami menonjolkan sisi kilau yang dimiliki batu tersebut."

Batu druzy merupakan batu alam dengan proses pewarnaan.
Sumber : Dokumentasi Dian Art
Kami mengambil batu druzy yang berasal dari Kab. Pacitan, Prop. Jawa Timur. Selain banyak warna juga banyak model yang ditawarkan seperti bentuk tetes (teardrop), daun (leaf,), bulat (yang ini cukup langka), oval, bahkan segitiga (untuk ukuran persegi atau kotak cukup jarang ditemukan). Ukuran yang dipakai biasanya 2x3 cm, ada juga yang lebih besar sedikit dari ukuran tersebut. Proses pembuatannya melalui natting dengan kawat tembaga (sekarang sebagian ada yang menggunakan sterling silver dengan selisih harga). Ikatan kawat harus cukup kuat supaya batu tidak lepas dan lingkar cincin tidak goyang saat digunakan. Kerapian merupakan hal penting dalam membuat cincin wire, karena jika tidak rapi akan melukai jari penggunanya. 

Ketika mengikuti event di Jakarta yang berlangsung sekitar 4-5 hari, dibutuhkan stok cincin sekitar 250-300 pcs. Saat ini reseller cincin druzy semakin bertambah di kota-kota lain seperti Medan, Makassar, Solo, Tangerang, Bekasi, dll. Mereka yang menyukai cincin druzy berasal dari kalangan remaja maupun ibu-ibu. Warna-warna yang cerah membuat remaja pun tidak kalah untuk turut mengoleksi cincin ini. Harganya juga terjangkau, sehingga tidak jarang para customer akhirnya berniat untuk mengajak teman atau keluarganya untuk ikut membeli dengan jumlah yang banyak dengan harapan akan mendapatkan diskon (untuk pembelian dalam jumlah tertentu, dihitung harga reseller). 

Cincin druzy wire selain menjadi salah satu produk unggulan Dian Art juga menjadi materi dasar kelas pembuatan wire jewelry. Sebagai produk materi dasar, proses pembuatannya sebenarnya tidak terlalu sulit akan tetapi kerapian dan kreatifitas tetap dituntut untuk menghasilkan produk yang menarik. Di Jawa Timur yang menjadi penghasil batu druzy, aneka kreasi batu druzy cukup mudah ditemukan. Tidak hanya berupa cincin, namun berbagai produk lainnya seperti bros, liontin, gelang, anting-anting, dan kalung. Para pengrajin yang bergerak di bidang druzy wire pun memiliki berbagai kreasi-kreasi yang luar biasa. Semakin unik, rapi, dan kreatif, maka harga yang ditawarkan pun akan menyesuaikan dengan sendirinya. 

No comments:

Post a Comment