Saat ini bisnis melalui sosial media maupun e-commerce didengungkan dimana-mana. Di
berbagai acara, beberapa pembicara menyatakan bahwa omset penjualan mereka
meningkat berkali-kali lipat setelah menjalani pemasaran secara online. Seminar mengenai bisnis online menjadi acara yang diminati
kalangan masyarakat. Di sisi lain, mulai bermunculan tulisan-tulisan lainnya
yang memuat bahwa UMKM sebaiknya tidak bergabung dengan e-commerce. Belum lagi tidak semua infrastruktur UMKM siap dan
paham mengenai tantangan berbisnis online. Bagaimana tim Dian Art menyikapi
fenomena ini? Pertama akan kita bahas mengenai pendapat pro dan kontra
pemasaran online terlebih dahulu.
Halaman Facebook Dian Art |
Mereka yang setuju dengan pemasaran online memiliki beberapa alasan sebagai berikut :
·
Kemajuan teknologi dan informasi tidak bisa
dihindari. Masyarakat saat ini cenderung ingin praktis, berbelanja tidak lagi
harus keluar rumah.
·
Saat ini muncul isu bahwa terjadi penurunan
omset pada penjualan langsung, sedangkan pada transaksi online cukup tinggi yang dibuktikan dengan menjamurnya pengiriman
barang.
·
Kemunculan berbagai e-commerce yang dianggap membantu dalam memasarkan barang UMKM agar
jangkauan pasarnya lebih luas.
·
Semakin menjamurnya seminar bisnis bahwa UMKM
harus go online agar tidak
tertinggal.
·
Beberapa pihak tertentu menawarkan membantu
kerjasama antara UMKM dengan e-commerce.
Sedangkan mereka yang tidak setuju mengungkapkan hal-hal
berikut :
·
Pemasaran online
dengan memasang foto produk dianggap membuka celah untuk plagiarisme. Pada
kasus tertentu, barang yang sudah diplagiat bisa dijual dengan harga lebih murah
sehingga memunculkan persaingan tidak sehat.
·
Adanya isu bahwa database pelanggan dimanfaatkan
oleh e-commerce yang nantinya kurang
menguntungkan bagi UMKM.
·
Persaingan harga yang dianggap tidak wajar.
Pelanggan dianggap hanya mencari harga termurah tanpa memperhatikan track record penjual dan kualitas
produk.
·
UMKM mengalami kesulitan melakukan branding
karena pelanggan hanya memperhatikan nama e-commerce.
·
Ketidaksiapan UMKM menghadapi pelanggan online secara infrastruktur maupun
skill, sehingga pelanggan online
dianggap Pemberi Harapan Palsu (PHP saja). Banyak chat yang masuk tapi tidak
seimbang dengan closing.
Halaman akun Instagram Dian Art melalui picbear. |
Sebagai salah satu UMKM, Dian Art memutuskan untuk
menyiasati permasalahan tersebut sesuai dengan kondisi internal maupun
eksternal yang ada. Pemasaran online
dan offline bisa dijalankan secara
bersama-sama. Bagaimanapun juga, keunggulan jangkauan pasar online lebih banyak dan variatif.
Keputusan bergabung dengan e-commerce
pun tidak sembarangan, karena bagi kami setiap e-commerce memiliki ciri khas masing-masing. Tenaga di bidang pemasaran
online dan offline pun ditangani oleh pihak yang berbeda agar keduanya
berjalan dengan seimbang.
Sejauh ini, manfaat bergabung dengan marketplace sendiri hanya sebagai pihak ketiga untuk pembayaran
bukan galeri produk. Hal ini diharapkan menjadi kenyamanan bagi kedua pihak. Ragam
produk secara lengkap dapat dijumpai saat pameran maupun berkunjung di
showroom. Pemasaran melalui sosial media seperti Facebook dan Instagram
berfungsi sebagai dokumentasi beberapa jenis produk (bukan keseluruhan) dan
kegiatan lainnya. Interaksi lebih jauh mengenai detail produk, harga, material,
dan pertanyaan lainnya bisa disambung lewat chat Whatsapp.
Halaman akun Dian Art pada salah satu marketplace. |
Isu mengenai plagiarisme sebenarnya tidak bisa dihindari,
penjualan produk secara langsung pun jika menjadi tren maka dalam waktu dekat
akan bermunculan produk serupa dengan harga yang bervariatif. Beberapa UKM
untuk melindungi karya-karyanya memilih bergabung dengan HAKI. Sebenarnya permasalahan
industri kreatif di Indonesia memang cukup kompleks, sebagai UMKM kita juga
harus bijak menyikapi sesuai dengan kondisi yang ada. Harapan ke depan adalah
produk-produk unggulan anak bangsa bisa meningkatkan pemasaran dan menjadi tren
global.
No comments:
Post a Comment