Handycraft, kata ini tentunya sering terdengar di telinga banyak orang. Apa sih handycraft itu? Makna yang paling mudah dipahami dari handycraft ya kerajinan tangan yang bernilai seni dan memiliki nilai ekonomi. Wujud dari handycraft sendiri bermacam-macam. Saat ini karya handycraft yang paling sering dimunculkan berupa benda-benda ramah lingkungan untuk mendukung program "Go Green". Di Indonesia, mata pencaharian sebagai pengrajin handycraft masih memiliki potensi yang bagus. Hal ini dapat dilihat dari ramainya penjual hasil kreasi daerah (handycraft) yang dijual di tempat-tempat wisata setempat. Contoh yang bisa disebutkan antara lain, di daerah pantai misalnya banyak yang berjualan souvenir dari kerang atau mutiara. Di daerah pegunungan, selain menjual hasil bumi seperti buah dan sayuran ada juga yang menjual souvenir dari sabut kelapa, kayu, bambu, dan lain-lain.
Salah satu motif kain batik Indonesia. Sumber : Koleksi Dian Art |
Potensi ini tentunya bisa dilirik dan dikembangkan lebih jauh lagi. Program pemerintah dan dukungan masyarakat dibutuhkan untuk perkembangan industri di bidang kerajinan (handycraft). Masyarakat bisa mulai melirik usaha handycraft dengan memanfaatkan limbah dan ramah lingkungan. Salah satu limbah ramah lingkungan yang bisa dimanfaatkan adalah perca batik. Di daerah yang banyak memiliki pengrajin batik, bahan ini mudah dijumpai.
Pada umumnya masyarakat membeli batik untuk koleksi atau membuat pakaian. Pembuatan pakaian biasanya menyisakan perca-perca yang ukurannya tidak terlalu besar. Kira-kira kreasi apa sajakah yang menggunakan perca batik? Benarkah pembuatan handycraft dari perca batik bisa membuka peluang usaha? Saat ini banyak terdengar semangat yang menyatakan begini, "Usaha itu jalan kalau dimulai dan dijalankan, bukan dipikirkan saja.."
Salah satu hambatan yang sering dikeluhkan adalah minimnya skill, baik skill untuk produksi, pemasaran, dan lain-lain. Sebelum menginjak pemasaran tentu kemampuan produksi harus dimiliki terlebih dahulu. Handycraft dapat memiliki nilai jual yang cukup tinggi apabila produk tersebut unik, kreatif, dan juga memiliki detail kerapian yang cukup tinggi. Pembuatan karya handycraft yang tidak rapi, asal-asalan, dan sudah banyak beredar di masyarakat tentunya berpotensi barang tersebut memiliki nilai jual yang cukup rendah juga. Oleh sebab itu, jika berminat terjun ke dunia handycraft maka hal-hal di atas tidak bisa disepelekan.
Pelatihan perca batik di Pulau Madura untuk mengembangkan potensi dan skill masyarakat. Sumber : Koleksi Dian Art |
Pada umumnya, hasil kreasi handycraft dari setiap pembuatnya selalu berbeda. Salah satu penyebabnya antara lain, setiap orang memiliki imajinasi yang berbeda-beda dalam membuat suatu karya. Untuk menjadi produk unggulan yang berkualitas maka setiap handycraft yang diciptakan harus memiliki ciri khas dari kreatornya. Hal ini akan memudahkan pelanggan untuk mengenali produk yang dipasarkan.
Kendala lain yang dialami para pengrajin handycraft adalah pemasaran. Saat ini banyak peluang yang bisa digunakan baik offline maupun online. Offline bisa dilakukan dengan membuka gerai baik menyewa lokasi maupun rumah sendiri di tempat yang strategis ; menyebarkan identitas produk seperti kartu nama, brosur, pamflet, banner, dan lain-lain ; dan juga mengikuti bazar. Pemasaran online bisa dilakukan melalui smartphone, laptop, komputer, dan lain-lain dengan menggunakan media sosial atau menjadi member pada toko-toko online yang saat ini banyak. Masing-masing teknik pemasaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagian besar para crafter (sebutan untuk mereka yang bergerak di bidang usaha handycraft) memilih salah satu teknik, sedangkan yang lain juga bisa memilih keduanya.
Contoh hasil kreasi handycraft dari perca batik. Sumber : Koleksi Dian Art |
Agar tidak tertinggal dengan yang lain, para crafter harus terus berinovasi dan belajar. Kemampuan meningkatkan skill bisa dilakukan antara lain membaca buku, mengikuti workshop atau seminar yang sesuai dengan bidangnya, terlibat dalam komunitas-komunitas crafter dan aktif berdiskusi dengan yang lain, dan lain-lain. Jika hal ini terus dilakukan maka para crafter (termasuk mereka yang berkreasi dengan perca batik) tidak akan dihancurkan dengan mudah saat memulai atau menjalankan usaha.
No comments:
Post a Comment